Wahai Kekasih










Wahai Kekasih…
Kini, tak terasa telah dua puluh empat tahun telah kuhabiskan masa-masaku sendirian terpisah dari yang dikasihi.
Kau biarkan aku berjalan seorang diri di tengah padang pasir yang maha luas ini.
Setelah sekian lamanya kita terpisah, hampir-hampir aku tak ingat bahwa kita pernah bersama dalam kesatuan cinta yang begitu suci.
Aku merasa saat ini diriku hanya tunggal milikku tanpa seorang Kekasih.
Dalam perjalanan di padang pasir ini aku senantiasa mabuk halusinasi yang berkepanjangan.
Wahai yang Tercinta, diperjalanan panjang ini hanya orang-orang yang sama mabuknya yang aku temui.
Sekarang, tak dapat aku bedakan mana fatamorgana dan mana realita. Karena halusinasi padang pasir benar-benar telah mendominasi seluruh bagian hidupku.
Aku berjalan dengan kemabukan dalam kepalsuan yang hakiki.
Ada juga sebagian orang yang mengingatkan bahwa saat ini kami semua adalah kafilah-kafilah padang pasir yang terjebak dalam halusinasi berjamaah.
Tapi justru mereka inilah yang kami tuding sebagai orang yang sedang mabuk dalam halusinasinya.
Kami marah besar tatkala mereka mengingatkan bahwa kami semua mabuk.
Kami sama sekali merasa sedang berjalan dalam realita, bukan fatamorgana.
Sampai aku temukan kekasih-Mu di muka bumi yang mengingatkan dan mempertemuakan kembali aku dan Kamu.
Ia pun menyatukan kita dalam suatu akad suci nan agung.
Namun tetap saja
Tuhan, ijinkan aku melihatmu. Biarkan aku kembali pada Mu.
Oh Kekasih, peluklah diriku erat dan jangan lepas kembali.
Berilah aku anggur cinta yang dapat menjadi penawar rasa mabuk ini.
Biarkan aku dikatakan mabuk oleh orang-orang yang tersesat dalam perjalannya.
Biarkan aku dikatakan gila oleh mereka yang sedang bergembira dalam fatamorgana.
Asal aku senantiasa bersama-Mu. Abadi dalam hangatnya Cinta-Mu. Bersama-Mu…

0 komentar:

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda